Senin, 28 Oktober 2024

"Senandung Kebersamaan di Beranda Kenangan"


Pada hari Senin, tanggal 28 Oktober 2024, mentari pagi menyapa lembut beranda KUA Margomulyo, tempat yang penuh kenangan bagi para penyuluh agama Islam. Di bawah rindangnya pepohonan, suasana syahdu terasa terasa. Angin berhembus pelan membawa kesejukan, seakan turut menyaksikan kisah-kisah yang terjalin di antara mereka.

Setelah menyelesaikan tugas pokok dan fungsi masing-masing, para penyuluh berkumpul, duduk bersama di beranda itu. Ada senyum di wajah-wajah mereka, saling berbagi cerita—tentang suka duka, tentang perjalanan panjang dalam menjalani tugas mulia. Mereka menyelipkan tawa di antara keluh, menyambut tiap kisah dengan perhatian dan hangatnya persahabatan.

Di antara mereka ada yang mengisahkan perjuangan mendampingi masyarakat, ada pula yang berbagi suka saat berhasil keluarga menginspirasi-keluarga untuk membina rumah tangga yang sakinah. Meski ada lelah yang tak kasat mata, namun hati mereka terpaut pada satu tujuan—melanjutkan dakwah dan menjadi lentera bagi umat.

Di beranda itu, mereka saling memperkuat. Menyadari bahwa tugas ini bukanlah sekadar pekerjaan, melainkan amanah yang harus dijaga. Suka dan duka yang alami mereka telah menjadi untaian kenangan berharga, mempererat ikatan kebersamaan. Tak jarang, melihat mereka melayang ke daratan, membayangkan hari esok yang penuh harapan—dan mereka tahu, di setiap langkah yang ditempuh, mereka tak pernah benar-benar sendiri.

Foto ini menyimpan kehangatan yang tak terungkap, seperti untaian cerita yang tertinggal dalam setiap karya dan senyuman mereka. Duduk bersama di beranda KUA Margomulyo, para penyuluh agama Islam ini terlihat menyatu dalam kebersamaan yang menguatkan. Ada tawa, cerita, dan mungkin harapan yang masih tersimpan di dalam hati mereka masing-masing. Setiap wajah tampak penuh semangat, meski lelah dari tugas yang telah dilalui.

Di sela obrolan ringan dan candaan hangat, mereka saling berbagi kisah perjuangan, seolah beranda ini menjadi saksi kebersamaan yang tak ternilai. Inilah momen di mana suka dan duka mereka bercampur menjadi satu, menyatu dalam harmoni yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang berada dalam perjalanan yang sama. Di tempat sederhana ini, mereka menemukan kekuatan, semangat, dan ikatan yang terus tumbuh.

Meski banyak cerita yang tak terutarakan, kehadiran mereka bersama adalah bahasa kebersamaan yang tak perlu kata.

Seiring angin berhembus lembut, waktu seakan melambat di beranda yang penuh kenangan ini. Setiap penyuluh seolah-olah memiliki cerita sendiri yang tersembunyi di balik senyum dan menyertakan penuh arti. Ada kisah tentang langkah-langkah yang terayun untuk membimbing umat, cerita tentang harapan yang dirajut dalam doa, dan perjuangan menghadapi tantangan yang tak selalu mudah.

Di sudut meja kayu yang sudah mulai tua, mereka saling menguatkan. Seorang penyuluh bercerita tentang keluarga yang membimbingnya menuju keharmonisan, sementara yang lain mengenang pertemuan dengan anak-anak muda yang kembali semangat menuntut ilmu agama. Cerita demi cerita mengalir, disambut anggukan dan senyuman, tanda mereka saling mendukung.

Dalam hening yang sesekali tercipta, ada makna mendalam yang tak bisa diungkapkan dengan kata. Mereka bukan sekadar rekan kerja; mereka adalah keluarga dalam jalan dakwah, yang bersama-sama mengarungi arus kehidupan demi tugas yang mereka emban. Tangan mereka mungkin tak selalu terlihat bersatu, namun hati mereka terpaut erat, menyatu dalam visi dan misi yang sama.

Ketika sore mulai menetap, mentari pun perlahan tenggelam di balik pepohonan, meninggalkan cahaya lembut yang membias di wajah-wajah mereka. Satu demi satu pamit mereka, namun semangat mereka tetap tinggal di beranda itu, menjadi jejak kenangan yang akan terus melekat di hati.

Begitulah kisah mereka hari ini—sebuah kisah yang tak akan pernah selesai, karena kebersamaan dan semangat pengabdian mereka akan terus mengalir, hari demi hari.

Sore pun menjelang, mentari condong ke barat. Satu per satu penyuluh pamit, meninggalkan beranda KUA dengan senyum di wajah dan semangat di hati. Hari ini, di tempat penuh kenangan itu, mereka kembali mengukir cerita—kisah kebersamaan yang akan tetap abadi dalam hati.

0 Post a Comment:

Posting Komentar